Sabtu, 23 Mei 2015

Tata Nama Senyawa Karbon

Tata Nama Senyawa Turunan Alkana
1.Metana

2.Etana

3.Propana

4.Butana

5.Pentana

6.Heksana

7.Heptana

8.Oktana

9.Nonana

10.Dekana

Rabu, 20 Mei 2015

Implementasi Teori Belajar Burner

IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR MENURUT BRUNER
DENGAN STRATEGI DISCOVERY PADA MATERI
GARAM HIDROLISIS


Materi Kelas XI Semester 2 SMA Kurikulum 2013 :
Kompetensi Dasar  :
3.12. Menganalisis garam-garam yang  mengalami hidrolisis.
4.10 Merancang, melakukan dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis.

Materi pokok :
Garam Hidrolisis

ü  Berdasarkan KD tersebut mengenai Garam Hidrolisis maka strategi pembelajaran yang digunakan yaitu strategi pembelajaran discovery, karena dengan strategi pembelajaran discovery siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan tentang konsep-konsep atau prinsip-prinsip mengenai sifat garam-garam yang mengalami hidrolisis yang merupakan pengetahuan yang belum dimiliki siswa sehingga siswa lah yang akan menemukan sendiri konsep tentang jenis garam yang mengalami hidrolisis.

Konsep-konsep yang diperoleh mengenai garam hidrolisis yaitu dengan kegiatan-kegiatan antara lain yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran lalu menyampaikan materi tentang garam hidrolisis secara umum atau garis besarnya saja dengan  merangsang keingintahuan siswa tentang garam hidrolisis dengan memberikan pernyataan yang berlawan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, misalnya guru menanyakan pada siswa mengenai pengetahuan siswa tentang garam dan menjelaskan bahwa garam tidak hanya bersifat netral akan tetapi garam dapat bersifat asam, basa atau netral, dan untuk mengetahui bagaimana sifat garam-garam didalam air tersebut akan diketahui setelah melakukan percobaan. Sehingga siswa lebih termotivasi atau membangkitkan rasa ingin tahu untuk lebih mengetahui tentang garam-garam yang mengalami hidrolisis.

Setelah itu siswa diminta untuk mengamati tentang data hasil hidrolisis sehingga siswa dapat merumuskan hipotesis atau dugaan sementara terhadap garam-garam yang mengalami hidrolisis, misalnya hipotesis yang diperoleh yaitu “Besarnya pH larutan garam  tidak dipengaruhi oleh volume air maupun volume larutan garam yang digunakan, namun dipengaruhi oleh  macam larutan garam yang digunakan”. Setelah itu siswa melakukan pengujian terhadap hipotesis tersebut dengan melakukan percobaan berdasarkan LKS dan dikerjakan secara berkelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Pada saat siswa melakukan pengujian terhadap hipotesis, tugas guru adalah membimbing siswa dan sebagai tutor bagi siswa dengan berkeliling pada tiap kelompok dan membantu kelompok yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah tanpa memberitahuan terlebih dahulu jawabannya akan tetapi memancing siswa untuk berfikir lebih kritis sehingga siswa sendirilah yang akan menemukan konsep tentang garam-garam yang mengalami hidrolisis.

Setelah itu siswa melakukan pengolahan data dan melakukan pemeriksaan  secara cermat tentang kebenaran dari hipotesis yang telah dikemukaan sebelumnya serta menghubungkannya dengan hasil percobaan. Sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan mengenai sifat-sifat garam dalam air serta sifat-sifat garam berdasarkan asam basa penyusunnya, terhadap garam-garam yang mengalami hidrolisis. Setelah itu siswa melakukan persentasi dari hasil kesimpulan yang diperoleh terhadap garam-garam yang mengalami hidrolisis.

Sehingga dengan demikian, karena pembelajaran yang dilakukan oleh siswa berdasarkan belajar penemuan maka pengetahuan yang diperoleh dapat bertahan lama atau dapat lama diingat. Selain itu yang paling penting adalah dengan adanya belajar penemuan tersebut dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berfikir secara bebas yang dapat dilihat dari kerja sama dalam kelompok dalam menjawab pertanyaan berdasarkan percobaan, sehingga setiap siswa dapat memberikan pendapatnya ataupun siswa dapat secara bebas menyampaikan pemikirannya tanpa adanya rasa malu atau rasa takut untuk menyampaikan pendapatnya pada anggota kelompoknya. 

ü  Teori belajar yang digunakan yaitu teori belajar menurut Brunner yang dikenal dengan nama belajar penemuan. Dimana Brunner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan ekperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Hal tersebut dapat dilihat pada pembelajaran mengenai materi hidrolisis garam tersebut, dimana siswa secara berkelompok menemukan sendiri prinsip-prinsip ataupun konsep tentang sifat-sifat beberapa larutan garam didalam air dengan melakukan eksperimen.

Dengan demikian siswa memiliki keterampilan untuk  memecahkan masalah bersama kelompoknya tentang sifat-sifat garam hidrolisis dan jenis garam berdasarkan asam basa penyusunnya. Oleh karena siswa sendiri yang memecahkan masalah mengenai sifat beberapa larutan garam dalam air tersebut maka dapat menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna serta dapat menjelaskan kepada teman kelompoknya yang masih belum paham. Pengetahuan dengan belajar penemuan tersebut dapat bertahan lama atau dapat lama diingat. Selain itu yang paling penting adalah dengan adanya belajar penemuan tersebut dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berfikir secara bebas yang dapat dilihat dari kerja sama dalam kelompok dalam menjawab pertanyaan berdasarkan percobaan, sehingga setiap siswa dapat memberikan pendapatnya ataupun siswa dapat secara bebas menyampaikan pemikirannya tanpa adanya rasa malu atau rasa takut untuk menyampaikan pendapatnya pada anggota kelompoknya.

Selanjutnya dalam menerapkan belajar penemuan menurut teori buner yaitu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dimana guru menyampaikan metode dan tujuan pada pembelajaran mengenai garam hidrolisis tersebut yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai sifat garam-garam yang mengalami hidrolisis, dimana tujuan belajar tersebut disampaikan agar dapat melatih kemampuan-kemampuan intelektual siswa serta merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi kempuan mereka. Seperti pada fase-fase pembelajaran tersebut dimana siswa dihadapkan pada fakta bahwa semua garam tidak hanya bersifat netral, akan tetapi dapat bersifat asam maupun basa. Sehingga siswa akan termotivasi untuk lebih mengetahui tentang sifat-sifat garam hidrolisis.

Kedua yaitu peranan guru, dimana peranan guru dalam pembelajaran mengenai materi garam hidrolisis tersebut sesuai dengan teori bruner yaitu merancang pembelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran dapat berpusat pada masalah yang tepat untuk diselidiki yaitu menganalisis garam-garam yang mengalami hidrolisis. Selain itu guru menyajikan materi pelajaran sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu guru memulai dengan menggunakan fakta-fakta berlawanan mengani sifat garam tidak hanya bersifat netral tapi didalam air garam dapat bersifat asam maupun basa.


Kemudian peran guru dalam proses pembelajaran garam hidrolisis diatas tersebut yaitu sebagai pembimbing atau tutor dengan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya tanpa mengungkapkan terlebih dahulu prinsip-prinsip yang akan dipelajari tersebut tetapi dengan memberikan saran. Selanjutnya guru menilai atau mengevaluasi tentang hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan sehingga siswa dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang belum jelas ataupun siswa dapat menyampaikan setiap pendapatnya.